TUGAS 4 (STRAIGHT)_Keluhan Masyarakat Atas Rencana Migrasi LPG 3 Kg ke Kompor Listrik
Pemerintah
berencana melakukan konversi LPG 3 Kg ke kompor listrik. Walaupun sudah ada uji
coba dari rencana ini di beberapa kota seperti Solo dan Denpasar, namun masih
ada sebagian masyarakat yang merasa keberatan dengan rencana tersebut.
Sendy,
(50), misalnya seorang ibu rumah tangga yang mengaku tidak setuju terhadap
rencana pemerintah tersebut, ia mengaku bahwa dengan menggunakan kompor
listrik, maka biaya yang dikeluarkan untuk memasak akan lebih banyak.
“Karena
kan orang Indonesia kalau masak agak lama, menggoreng, atau gak gitu mengukus.
Cocoknya ya pakai kompor biasa. Selain itu, kalau pakai kompor listrik juga
makan waktu. Kalau masakan simple kayak orang luar mungkin gak apa-apa,
tapi kalau masakan Indonesia butuh waktu lama”, kata Sendy (24/9/2022).
Sendy
menambahkan juga bahwa sejak dulu ia sudah terbiasa menggunakan kompor biasa,
karena perbedaan kompor dengan minyak tanah dan kompor dengan LPG tidak jauh
berbeda, sehingga jika diganti dengan kompor listrik, maka ia akan merasa
kurang nyaman.
Sama
halnya dengan Erni, (52), ia mengatakan bahwa masakan ringan seperti menumis tidak
masalah jika menggunakan kompor listrik, namun dirinya sering masak masakan
berat, sehingga biaya listrik di rumahnya akan meningkat apabila masak masakan
berat menggunakan kompor listrik.
“Kalau
masak daging misalnya, itu aja kalau pakai kompor LPG bisa butuh waktu yang
lumayan lama buat bisa matang sempurna, tapi kalau pakai kompor listrik ya jadi
gak enak lah. Kalau sehari-hari sering masak daging, terus makanan berkuah, itu
kan juga jadi gak sreg kalau pakai kompor listrik”, kata Erni (24/9/2022).
Erni
juga mengatakan bahwa ia merasa masyarakat yang dirugikan adalah kalangan
menengah ke bawah apabila diharuskan memakai kompor listrik, karena harga
kompor listrik yang lumayan tinggi cukup memberatkan, ditambah peralatan masak
yang harus disesuaikan dengan kompor listrik sehingga perlu membeli peralatan
masak tambahan.
Bagi
Nabilah, (30), seorang pedagang nasi goreng di kawasan Perumahan Griya Permata
Gedangan, ia merasa kompor listrik tidak cukup efektif untuk berjualannya
sehari-hari. Ditambah lagi peralatan masaknya yang kurang cocok dengan kompor
listrik, ia lebih suka menggunakan kompor dengan LPG.
“Kalau
dikasih gratis sama pemerintah ya mau, tapi gak bakal saya pakai buat jualan.
Intinya gak siap kalau disuruh ganti kompor listrik”, ujar Nabilah (24/9/2022).
Begitu
pula dengan Suroso, (45), seorang pedagang tahu Sumedang, ia mengatakan bahwa
bagi pedagang yang sehari-harinya menggoreng seperti dirinya akan kesulitan
jika memakai kompor listrik, karena lokasi berdagangnya yang di pinggir jalan cukup
merepotkan apabila membawa genset sebagai sumber listrik.
“Kalau
pakai LPG kan enak, lebih dekat dicari, kalau listrik bikin repot. Goreng tahu
pakai LPG juga sudah lama, butuh setengah jam, apalagi pakai kompor listrik,
malah makin boros nantinya”, ucap Suroso (24/9/2022).
NIM: 22041184024
Komentar
Posting Komentar