CULTURE SHOCK PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

 

Hampir kurang lebih 2 tahun, semua sector terdampak akibat pandemic covid-19. Terutama sector Pendidikan. Mulai dari semua sekolah hingga perguruan tinggi. Menimba ilmu dengan datang ke sekolah atau ke kempus secara langsung, berbeda pada masa masa pandemic, siswa/I dan mahasiswa/I diharuskan menjalani proses belajar secara daring, yakni dilakukan dari rumah masing-masing dengan menggunakan perangkat digital yang ada, seperti; laptop, smartphone/hp, tablet, dan perangkat yang mendukung lainya. Hal tersebut membuat Sebagian besar dari mereka mengalami culture shock. 

 Culture shock adalah dimana kondisi belum siap akan menerima budaya baru yang datang, atau ketidak mampuan seorang individu untuk beradaptasi dengan budaya baru, sehingga memerlukan adaptasi lagi. Kebanyakan orang menyebutnya dengan keguncangan budaya.

Macam macam culture shock yang dialami oleh Sebagian besar dari siswa/I dan mahasiswa/I diantaranya adalah; jam pelajaran yang kurang teratur, ketidak fahaman akan materi yang disampaikan karena terkendala jarak, suasana yang tidak seperti kondisi belajar dan mengajar seperti biasanya, dan masih banyak lagi. Selain culture shock, Sebagian besar dari mereka juga mengalami beberapa kendala, seperti; singal yang susah, aplikasi-aplikasi penunjang yang sulit diakses, menurunya daya faham akan pelajaran yang disampaikan, mengantuk serta malas saat pembelajaran daring berlangsung, dan lain-lain.

Setelah masa pandemic mereda atau yang biasa disebut dengan istilah new normal, culture shock masih ada. Dalam bidang Pendidikan, para siswa/I harus menjalani program pembelajaran dengan metode ganjil genap, yakni metode dimana para siswa/I tidak mengikuti pembelajaran ke sekolah secara full, tetapi mereka mengikuti pembelajaran ke sekolah secara bergantian menurut absensi. Selain metode ganjil genap, pemberian tugas dan pengumpulannya pun cukup berbeda dan beragam, ada yang pemberian dan pengumpulanya lewat group wa, google classroom, ada juga yang harus diupload di social media, dan masih banyak lagi.

“yang paling membekas untuk saya, yaitu saya tidak faham akan pelajaran yang disampaikan. Karena pembelajaran dialihkan menjadi daring (online). Adaptasi pasti harus dilakukan. Tapi, bagi saya itu sangat berat, karena saya tipikal orang yang memiliki tipe belajar harus mendengar, melihat, dan berdasarkan pengalaman. Selain itu saya juga cepat bosan jika belajar dari media elektronik.” Keluh seorang siswa.(30/8/22)

Ketidaknyamanan, bingung, dan gelisah, tidak hanya dirasakan oleh mereka yang sedang belajar. Tetapi, para tenaga pengajarpun mengalami hal demikian. Takut akan materi yang diberikan tidak tersampikan dengan baik, sehingga mempengaruhi proses belajar dan proses penilaian mereka selanjutnya.

“pastinya perlu untuk melakukan adaptasi, dikarenakan perubahan yang terjadi mulai dari jam pembelajaran daring. Selain itu, apabila kurang faham terhadap materi pembelajaran yang diajarkan, kita tidak bisa dengan spontan bertanya karena kendala jarak, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap pemahaman dan nilai ketika ujian.” Tutur salah seorang siswi. (

Culture shock dapat kita hadapi dengan beradaptasi dan penyesuain diri. Tanpa terkecuali, semua aspek pasti akan melakukan adaptasi tersebut, tidak mentah-mentah menolak budaya baru yang datang. Karena seiring berjalanya waktu, kita akan terbiasa dengan budaya-budaya yang ada. Menerima, membiasakan, dan kemudian terbiasa.




Doc. Kelas ganjil genap MAN 1 kab. MALANG.

 Doc. Pengumpulan tugas via upload disosial media.

PENULIS; Riska amaliya fitri_C

NIM;22041184022


Komentar